FONOLOGI BAHASA
INDONESIA
CONTOH KASUS KEGAGAPAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
FKIP UIR
SUSIANA
2A/136210394
CONTOH KASUS KEGAGAPAN
Gagap adalah suatu gangguan bicara di mana tanpa disadari adanya
pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata, atau frasa; serta jeda yang
mengakibatkan gagalnya produksi suara. Umumnya, gagap bukan disebabkan oleh
proses fisik produksi suara atau proses penerjemahan pikiran menjadi kata.
Gagap juga tak berhubungan dengan tingkat kecerdasan seseorang, orang yang
gagap umumnya normal.
Gangguan ini bersifat variabel, yang berarti bahwa pada situasi
tertentu, seperti berbicara melalui telpon, tingkat kegagapan dapat meningkat
atau menurun. Faktor genetik dan neurofisiologi diduga berperan atas timbulnya
gangguan ini. Banyak teknik terapi bicara yang dapat meningkatkan kefasihan
bicara pada beberapa orang.
Dalam sumber lain dijelaskan bahwa gagap adalah gangguan kelancaran bicara yang terputus
dalam satu rangkaiannya. Gangguan tersebut pada setiap anak berbeda bentuk
kelainannya, dalam waktu tertentu berlainan jenis gangguan gagap yang timbul.
Gangguan emosi atau
ketegangan dengan orang tua, orang sekitar atau lingkungan dapat memicu
kelainan ritme atau gagap . Pada gangguan bicara ini secara tak terkontrol
sering terjadi pengulangan, pemanjangan kata/suku kata, penghentian (silent
block), kadang didapatkan ketegangan yang berlebihan pada muka, tenggorokan
serta rasa takut selama bicara. Kadang timbul suara nafas yang tidak biasa atau
seperti memerlukan perjuangan untuk mengeluarkan kata. Biasanya penderita
menghindar kata atau situasi tertentu. Anak usia 2 – 5 tahun terdapat
pengulangan kata atau suku kata lebih kurang 45 kali perseribu kata yang
diucapkan, bata atasnya 100 kali per 1000 kata. Bila melewati batas ini
dianggap abnormal atau gagap. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan sebagai
penyebab yaitu teori stuttering Block, Cybernatic models atau Brain Function
yang semuanya karena gangguan sensoris dan motoris di otak.
Pengaruh gagap bicara terhadap perkembangan bahasa, gagap pada umumnya akan hilang pada usia remaja, tapi
perlu ditangani sebaik mungkin agar gejala ini tidak menetap sampai usia
dewasa. Dengan anak berbicara gagap akan terjadi pengulangan-pengulangan kata,
kesalahan tata bahasa menjadi kebiasaan. Orang lain yang diajak bicara tidak
akan bisa memahami apa yang telah mereka (anak gagap) bicarakan, karena semakin
dia berbicara banyak akan semakin tidak jelas pembicaraannya. Anak yang
mengalami gagap bicara dapat menimbulkan konsep diri dan perasaan rendah diri
lama sebelum masa kanak-kanak berakhir.
penyebabnya gagap: sering di omelin
masih kecil, ditabokin masih kecil, stress, depresi, terauma tekanan batin.
Penderita Gagap
Gangguan gagap dalam
berbicara, ada yang dalam bentuk terputus-putus, tertahan nafas atau
berulang-ulang. Apabila tekanan gagap itu terlalu besar, maka kelihatan orang
menekan kedua bibirnya dengan diiringi gerakan-gerakan tangan, kaki dan
sebagainya.
Biasanya gagap itu mulai
pada umur diantara 2 dan 6 tahun. Gejala ini lebih banyak terjadi pada
anak laki-laki, anak kembar dan orang kidal, dan mungkin disebabkan oleh
gangguan fisik seperti kurang sempurnanya alat percakapan, gangguan pada
pernapasan, amandel dan sebagainya. Akan tetapi, apabila alat-alat itu sehat
maka gejala itu timbul akibat pertentangan batin, tekanan perasaan,
ketidakmampuan penyesuaian diri. Gejala itu adalah sebagai salah satu akibat
dari gangguan jiwa.
Contoh :
Seorang anak perempuan
berumur 7 tahun, menderita gangguan berbicara sejak ia mulai masuk sekolah.
Makin lama makin gagap ia berbicara, sedangkan sebelumnya ia berbicara
lancar. Dari penelitian itu terbukti , bahwa si anak adalah anak bungsu yang
sangat di manja dalam keluarga. Semua perbuatannya di biarkan, tidak pernah di
tegur dan kemauannya selalu dituruti. Waktu akan masuk sekolah ia sangat
gembira, tapi setelah merasakan sekolah beberapa hari ia mulai tidak mau pergi
ke sekolah. Karena tidak ada guru yang memanjakannya di sekolah. Sekolah tidak
seperti di rumah, ada peraturan dan tata tertib yang harus dipatuhinya,
sehingga terasa olehnya bahwa sekolah itu kekangan dan siksaan baginya. Itulah
sebabnya maka ia tidak mau pergi ke sekolah.
Atan tetapi, orang tua dan
saudara-saudaranya yang dulu selalu menuruti segala kemauannya, sekarang selalu
memaksanya supaya pergi ke sekolah, bahkan kadang-kadang memukulnya. Tak lama
kemudian mulailah muncul gejala tersebut, ia mulai gagap yang makin lama makin
bertambah.
Rupanya si anak sekaligus
dihadapkan pada suasana yang berlainan dari yang biasa dihadapinya di rumah,
disamping perubahan sikap orang tua dari memanjakan kepada kekerasan. Si anak
tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan suasana itu, sehingga ia merasa
sangat tertekan. Untuk itulah gejala gagap itu muncul, yang menolongnya dalam
menghadapai kesukaran dan pula sebagai cara untuk manarik perhatian.
mat, 24 mei 2013 Bimbingan Konseling
Sumber : Rusda dan Deliana, Sri Maryati. 1994. Permasalahan
Anak Taman Kanak-Kanak: UPT MKK UNNES.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar