FONOLOGI
BAHASA INDONESIA
CONTOH
KASUS DISLEKSIA
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP
UIR
SUSIANA
2A/136210394
Disleksia berasal dari kata Yunani
yaitu “dys” yang berarti kesulitan dan “leksia” yang berarti kata-kata. Dengan
kata lain, disleksia berarti kesulitan dalam mengolah kata-kata. Terdapat dua
macam disleksia, yaitu developmental dyslexia dan acquired dyslexia.
Developmental Dyslexia merupakan bawaan sejak lahir dan karena faktor
genetis atau keturunan. Penyandang disleksia akan membawa kelainan ini seumur
hidupnya atau tidak dapat disembuhkan. Dan acquired dyslexia didapat
karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca. Disleksia biasanya
terjadi pada anak-anak dengan daya penglihatan dan kecerdasan yang normal.
Anak-anak dengan dyslexia biasanya dapat berbicara dengan normal, tetapi
memiliki kesulitan dalam menginterpretasikan “spoken language” dan
tulisan.
Disleksia cenderung diturunkan dan
lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. Gangguan disleksia ini bisa
dikenali ciri - cirinya agar bisa melakukan pencegahan dini. Di bawah ini
mungkin hanya beberapa ciri - cirinya.
1. Mengalami suatu kelambatan bicara bila dibandingkan
dengan teman seusianya dan tidak dapat mengucapkan kata - kata dengan secara
benar.
2. Lambat dalam
mengenali alfabet, angka, hari, bulan, warna, bentuk, dan informasi mendasar
lainnya. Serta mengalami kesulitan dalam menyusun huruf- huruf pada kata.
3. Sulit menyuarakan bunyi dan memadukannya.
4. Sulit
mengeja dengan benar
4. Membaca satu kata dengan benar di
satu halaman, tapi salah dihalaman berikutnya
6. Kesulitan
dalam memahami apa yang dibaca
7. Sering
terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata
8. Rancu dengan
kata - kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi
9. Bingung mau
memakai tangan yang mana untuk menulis
10. Menulis angka dan huruf dengan hasil yang sangat
kurang baik
KASUS
Jika ditanya
rute jalan dari rumahnya di Bintaro menuju studio Trans TV, Deodatus Andreas
Deddy Cahyadi Sundjojo atau Deddy Corbuzier, 35 tahun, tak bisa menjelaskannya.
Bahkan, ia tak ingat rute jalan dari rumahnya ke rumah mertuanya. "Apalagi
nama Anda, 100 persen saya tidak tahu," ujarnya kepada Heru Triyono dan
fotografer Yoseph Arkian dari Tempo, yang mengikutinya nyaris separuh
hari, Selasa lalu. Nama bintang tamu di acara Hitam Putih pun selalu
dituliskan di papan putih di bibir panggung agar ia bisa melihatnya. Kelupaan
itu pernah terjadi saat bintang tamunya komposer ternama Addie M.S.
Itu terjadi
karena Deddy mengidap disleksia, semacam gangguan otak, di mana pengidapnya
kerap tak bisa menghafal, membaca, juga menulis. Dalam kasus Deddy, otak kirinya
yang tak berfungsi baik. Namun demikian, Deddy mengaku memiliki intelligence
quotient (IQ) 160. Jika benar, itu artinya kecerdasan Deddy setara dengan
Albert Einstein.
Disleksia
ini membuat Deddy sempat tak naik kelas saat SD. "Saya tidak naik kelas, tapi
ayah tidak marah,” katanya. Padahal, saat itu ayahnya tidak tahu dia mengidap
disleksia. Itulah yang membuat Deddy semakin kagum pada ayahnya. Ia baru
menyadari dirinya mengidap disleksia saat SMA. Ia sering bingung karena sering
lupa. Yang pasti ia tidak bisa ingat nama orang, apalagi nama jalan. Untungnya,
ia selalu diantar sopir sejak kecil. Karena disleksia ini pula, Deddy memilih
kuliah di Jurusan Psikologi Universitas Atmajaya Jakarta selulus dari SMA Santa
Theresia. "Saya ingin menerapi diri sendiri,” tuturnya.
Kemungkinan,
kata Deddy, karena disleksia ini ia menjadi pribadi yang blakblakan dalam
berbicara sehingga dia terkesan tidak menyenangkan. Ia pun mengakui tidak
memiliki teman dekat dari dulu, kecuali sang istri. Ia juga tidak pernah bergaul
dengan teman-temannya. "Saya ini kuper (kurang pergaulan) dan seperti
antisosial” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar