style="position:absolute; top: 0px; right: 0px;" />

mempercantik latar

Kamis, 27 Februari 2014

FONOLOGI BAHASA INDONESIA CONTOH KASUS DISLEKSIA

FONOLOGI BAHASA INDONESIA
CONTOH KASUS DISLEKSIA
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP UIR
SUSIANA
2A/136210394

CONTOH KASUS DISLEKSIA
Disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan dan “leksia” yang berarti kata-kata. Dengan kata lain, disleksia berarti kesulitan dalam mengolah kata-kata. Terdapat dua macam disleksia, yaitu developmental dyslexia dan acquired dyslexia. Developmental Dyslexia merupakan bawaan sejak lahir dan karena faktor genetis atau keturunan. Penyandang disleksia akan membawa kelainan ini seumur hidupnya atau tidak dapat disembuhkan. Dan acquired dyslexia didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca. Disleksia biasanya terjadi pada anak-anak dengan daya penglihatan dan kecerdasan yang normal. Anak-anak dengan dyslexia biasanya dapat berbicara dengan normal, tetapi memiliki kesulitan dalam menginterpretasikan “spoken language” dan tulisan.
Disleksia cenderung diturunkan dan lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. Gangguan disleksia ini bisa dikenali ciri - cirinya agar bisa melakukan pencegahan dini. Di bawah ini mungkin hanya beberapa ciri - cirinya.
1. Mengalami suatu kelambatan bicara bila dibandingkan dengan teman seusianya dan tidak dapat mengucapkan kata - kata dengan secara benar.
2. Lambat dalam mengenali alfabet, angka, hari, bulan, warna, bentuk, dan informasi mendasar lainnya. Serta mengalami kesulitan dalam menyusun huruf- huruf pada kata.
3.  Sulit menyuarakan bunyi dan memadukannya.
4.  Sulit mengeja dengan benar
4.  Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah dihalaman berikutnya
6.  Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca
7.  Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata
8.  Rancu dengan kata - kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi
9.  Bingung mau memakai tangan yang mana untuk menulis
10. Menulis angka dan huruf dengan hasil yang sangat kurang baik


KASUS

Jika ditanya rute jalan dari rumahnya di Bintaro menuju studio Trans TV, Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sundjojo atau Deddy Corbuzier, 35 tahun, tak bisa menjelaskannya. Bahkan, ia tak ingat rute jalan dari rumahnya ke rumah mertuanya. "Apalagi nama Anda, 100 persen saya tidak tahu," ujarnya kepada Heru Triyono dan fotografer Yoseph Arkian dari Tempo, yang mengikutinya nyaris separuh hari, Selasa lalu. Nama bintang tamu di acara Hitam Putih pun selalu dituliskan di papan putih di bibir panggung agar ia bisa melihatnya. Kelupaan itu pernah terjadi saat bintang tamunya komposer ternama Addie M.S.

Itu terjadi karena Deddy mengidap disleksia, semacam gangguan otak, di mana pengidapnya kerap tak bisa menghafal, membaca, juga menulis. Dalam kasus Deddy, otak kirinya yang tak berfungsi baik. Namun demikian, Deddy mengaku memiliki intelligence quotient (IQ) 160. Jika benar, itu artinya kecerdasan Deddy setara dengan Albert Einstein.

Disleksia ini membuat Deddy sempat tak naik kelas saat SD. "Saya tidak naik kelas, tapi ayah tidak marah,” katanya. Padahal, saat itu ayahnya tidak tahu dia mengidap disleksia. Itulah yang membuat Deddy semakin kagum pada ayahnya. Ia baru menyadari dirinya mengidap disleksia saat SMA. Ia sering bingung karena sering lupa. Yang pasti ia tidak bisa ingat nama orang, apalagi nama jalan. Untungnya, ia selalu diantar sopir sejak kecil. Karena disleksia ini pula, Deddy memilih kuliah di Jurusan Psikologi Universitas Atmajaya Jakarta selulus dari SMA Santa Theresia. "Saya ingin menerapi diri sendiri,” tuturnya.

Kemungkinan, kata Deddy, karena disleksia ini ia menjadi pribadi yang blakblakan dalam berbicara sehingga dia terkesan tidak menyenangkan. Ia pun mengakui tidak memiliki teman dekat dari dulu, kecuali sang istri. Ia juga tidak pernah bergaul dengan teman-temannya. "Saya ini kuper (kurang pergaulan) dan seperti antisosial” katanya.


Sumber: Psikologi Anak Khusus  putriraturetno.blogspot.com/2010/04/contoh-kasus-disleksia






Tidak ada komentar:

Posting Komentar