style="position:absolute; top: 0px; right: 0px;" />

mempercantik latar

Rabu, 19 Februari 2014

Fonologi Bahasa Indonesia

FONOLOGI BAHASA INDONESIA
TUGAS PERTAMA
SUMBER LINGUSTIK UMUM ABDUL CHAER
PROGRAM  STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP UIR
SUSIANA
2a/136210394

                                                LINGUISTIK UMUM

1.      Pengertian Linguistik Umum
Secara populer orang sering menyatakan bahwa lingustik adalah ilmu tentang bahasa, atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajianya, atau lebih tepat lagi, seperti dikatakan Martinet (1987:19) telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.
Bahasa sebagai objek kajian linguistik bisa kita bndingkan dengan peristiwa-peristiwa alam yang menjadi objek kajianya ilmu fisika, atau dengan berbagai penyakit dan cara pengobatanya yang menjadi objek kajian ilmu kedokteran, atau dengan gejala-gejala sosial dalam masyrakat yang menjadi kajian sosiologi.
Ilmu lingustik sering juga disebut lingustik umum (general linguistics). Artinya, ilmu lingustik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, seperti bahasa jawa atau bahasa arab, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia, yang dalam bahasa peristilahan prancis disebut langage.
Keumuman lingustik ini akan tampak dari contoh-contoh pembahsan yang diambil dari berbagai bahasa, bukan dari bahasa tertentu saja, misalnya, dalam pembahasan urutan D-M  (Diterangka –Menerangkan) contoh diambil contoh dari bahasa indonesia dan bahasa prancis. Dalam pembahasan morfem suprasegmental diambil contoh dari bahasa cina dan bahasa Muangthai. Dalam pembahasan pradigma infelsional digunakan contoh dari bahasa latin. Dalam pembahasan mengenai modifikasi internal diambil contoh dari bahasa arab.
Dalam dunia keilmuan ternyata yang “mengambil” bahasa sebagai objeknya bukan hanya linguistik, tetapi ada pula ilmu atau disiplin lain, misalnya, ilmu susastra, ilmu sosial, psikologis, dan fisika. Ilmu susastra mendekati bahasa atau memandang bahasa sebagai wadah seni, sebagai sarana atau alat untuk mengungkapkan karya seni. Bahasa dilihat dan digunakan sebagai sarana  menciptakan keindahan, yang halnya sama dengan garis dan warna dalam seni lukis, atau bentuk-bentuk dalam seni patung, atau bunyi dan nada dalam seni musik. Ilmu sosial atau sosiologi mendekati dan memandang bahasa sebagai alat interaksi sosial di dalam masyarakat. Psikolog mendekati dan memandang bahasa sebagai gejala pelahiran kejiwaan. Sedangkan fisika mendekati dan memandang bahasa sebagai fenomena alam, yakni sebagai gelombang bunyi yang merambat dari mulut pembicara ke telinga si pendegar. Dan linguistik mendekati dan memandang bahasa sebagai bahasa. Bukan sebagai sosok yang lain.
Sebagai alat komunikasih manusia bahasa dan sekaligus sistematis. Yang dimaksud dengan sistem adalah bahwa bahasa itu bukan suatu tunggal, melainkan terdiri pula dari beberapa subsistem, yaitu subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem semantik.
Dalam bahasa indonesia kata linguistik bukan hanya berarti ilmu tentang bahasa. Misalnya, dalam ungkapan keadaan linguistik di indonesia berarti “tataran bahasa.

2.      HAKIKAT BAHASA
Ada beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa. Sifat atau ciri itu, antara lain:
1.      Bahasa sebagai sistem
Kata sistem sudah biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan makna ‘cara’ atau ‘aturan’. Seperti dalam kalimat “kalau tahu sistemnya, tentu mudah mengerjakanyua”. Tetapi dalam kaitan dengan keilmuan, sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan. Kalau kita perhatikan dua deretan kata-kata berikut.
(9) Kucing itu melompat ke meja
(10) Kucing melompat itu meja ke
Sebagai penutur bahasa indonesia, akan tahu bahwa deretan 9 adalah sebuah kalimat bahasa indonesia karena tersusun dengan benar menurut pola aturan kaidah bahasa indonesia. Sebaliknya, deretan 10 bukan kalimat bahasa indonesia karena tidak tersusun menurut pola aturan atau sistem bahasa indonesia.
            Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistemis, artinya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem, atau sistem bawahan. Di sini dapat disebutkan, antara lain, subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik.
2.      Bahasa Sebagai Lambang
Eams Cassirer, seorang serjana dan filosof mengatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol (animal symbolicum), seorang sarjana dan filosof mengatakan bahwa manusia adalah mahluk bersimbol (animal symbolicum). Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari simbol. Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa
3.      Bahasa adalah bunyi
Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan dengan kata suara, sudah bisa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Secara teknis, menuruk Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bunyi ini bisa bersumber pada gesekan atau benturan benda-banda, alat suara pada binatang dan manusia. Bunyi yang bukan dihasilkan oleh alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa. Tetapi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.
Bunyi teriak, bersin, batuk-batuk, dan bunyi orokan bukan termasuk bunyi bahasa, meskipun dihasilkan oleh alat ucap manusia, karena semuanya itu tidak termasuk ke dalam sistem bunyi bahasa. Orokan terjadi tidak disadari dan tidak dapat menyampaikan pesan apa pun. Teriakan, bersin, dan batuk-batuk terjadi bisa disadari, dan kadang-kadang dipakai juga untuk menyampaikan pesan, sama halnya bahasa tetapi juga bukan bunyi bahasa karena tidak dapat dikombinasikan dengan bunyi-bunyi lain untuk menyampaikan pesan. Satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon” dan di dalam fonemik sebagai “fonem”.
4.      Bahasa itu bermakna
Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Semua satuan itu memiliki makna. Namun, karena ada beberapa tingkatan. Maka jenis maknanya pun tidak sama. Mekna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna lesikal, yang berkenaan dengan frase, klausa, dan kalimat disebut makna gramatikal: dan yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatik, atau makna konteteks.
Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa. Jadi, bentuk-bentuk setidaknya dalam bahasa indonesia. Bukan bahasa.
[urgloropiukm]
[mnopkild dkusmopl gkopirs]
[sriritut phulamis gojku]
            Jadi, sekali lagi bentuk-bentuk bunyi yang tidak bermakna dalam bahasa apa pun, bukanlah bahasa, sebab fungsi bahasa adalah menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran.
5.      Bahasa itu Arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan ‘ sewenang-wenang’, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Umpamanya, antara [kuda] dengan dengan yang dilambangkannya, yaitu “sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai”. Kita tidak dapat menjelaskan mengapa binatang tersebut dilambangkan dengan bunyi [kuda]. Mengapa, misalnya bukan [aduk] atau [akud] atau lambang lainya. Begitu juga, kita tidak dapat menjelaskan hubungan antara lambang bunyi [air] dengan benda yang dilambangkanya, yaitu “barang cair yang biasa dipakai untuk minum, mandy, atau masak”, yang rumus kimianya H2O. Mengapa bukan dilambangkan dengan bunyi [ria] atau [ari], misalnya, tidak bisa dijelaskan karena sifat arbitrer itu.
6.      Bahasa itu konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu iyu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya, kalau, misalnya, binatang berkaki empat yang biasa dikendari, yang secara arbitter dilambangkan dengan bunyi [kuda], maka anggota masyarakat bahasa indonesia, semuanya, harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya, dan menggantikannya dengan lambang lain. Maka komunikasi akan terhambat. Biasanya menjadi tidak bisa dipahami oleh penutur bahasa indonesia lainya, dan berarti pula dia telah keluar dari konvensi itu.
7.      Bahasa itu Produktif
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi . Arti produktif adalah banyak hasilnya, atau lebih tepat “terus-menerus menghasilkan”. Bahasa itu dikatakan produktif, karena unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu.
Keproduktifan bahasa indonesia dapat juga dilihat pada jumlah kalimat yang di buat. Dengan kosakata yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hanya berjumlah lebih kurang 60.000 buah, kita dapat membuat kalimat bahasa indonesia yang mungkin puluhan juta banyaknya, termasuk juga kalimat-kalimat yang belum pernah ada atau pernah dibuat orang.    
8.      Bahasa itu Unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yag tidak dimiliki oleh orang lain. Setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainya. Salah satu keunikan bahasa indonesia adalah bahwa tekanan kata tidak tidak morfemis, melainkan sintaksis. Maksudnya kalau pada kata tertentu di dalam kalimat kita berikan tekanan, maka makna kata itu tetap. Yang berubah adalah makna keseluruhan kalimatnya.
9.      Bahasa itu Universal
Selain bersifat unik, yakni mempunyai sifat atau ciri masing-masing, bahasa itu juga universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri-ciri yang universal ini tentunya ini tentunya merupakan unsur bahasa yang paling umu, yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain. Karena bahasa itu bersifat ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.
10.  Bahasa itu Dinamis
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai mahluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Perubahan dalam bahasa ini dapat tejadi berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahanyang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan.

11.  Bahasa itu Bervariasi
Mengenai variasi bahasa itu ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu, idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu, misalnya, kita di indonesia mengenal adanya bahasa jawa dialek banyumas, bahasa jawa dialek banyumas, bahasa jawa dialek tegal, bahasa jawa dialek surabaya, dan sebagainya.
            Ragam atau ragam bahasa adalah variasi yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam nonstandar. Dari sarana yang digunakan ragam dapat dibedakan adanya ragam basaha ilmiah, ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan.
12.  Bahasa itu Mahasiswa
Bahasa itu adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bersifat arbitrer, bermakna, dan produktif, maka dapat dikatakan bahwa binatang tidak mempunyai bahasa. Bahwa binatng dapat berkomunikasih dengan sesama jenisnya, bahkan juga dengan manusia, adalah memang suatu kenyataan. Namun, alat komunikasinya tidaklah sama dengan alat komunikasinya tidaklah sama dengan alat komunikasih manusia, yaitu bahasa.
      Alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia. Alat komunikasi binatang bersifat terbatas, dalam arti hanya digunakan untuk keperluan hidup kebinatangan itu saja.








                                                                                            


Tidak ada komentar:

Posting Komentar