style="position:absolute; top: 0px; right: 0px;" />

mempercantik latar

Sabtu, 29 Maret 2014

FONOLOGI BAHASAINDONESIA CONTOH BUNYI SENGAU

FONOLOGI BAHASA INDONESIA
TUGAS KEDELAPAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP UIR
SUSIANA
2A/136210394

CONTOH BUNYI SENGAU
Rabu, 25 April 2012 
Seperti yang ditulis Kasijanto Sastrodinomo, KOMPAS 26 Agustus 2011, Simulfiks ng hanya terjadi dalam cakapan lisan yang tidak baku dan, karena itu, cukup alasan untuk diasingkan dari ragam resmi. Ada kalanya ng dianggap merusak tatanan bahasa yang baik dan benar. Beliau mencontohkan kata ngacir, ngablak, ngakak pengaruh dari Bahasa Betawi serta kata ngopi, ngrujak, ngeh, ngumpul, dan ngumar yang mendapat pengaruh dari Bahasa Jawa.
            Lanjut beliau, simulfiks diwujudkan dengan penyengauan bunyi pertama suatu bentuk dasar, dan berfungsi membentuk verba (memverbalkan nomina), adjektiva atau kelas kata lain. Namun, alasan dan contoh lain dari pengaruh bunyi sengau (nasal) ini. Terlepas dari Bahasa Betawi dan Bahasa Jawa, bunyi sengau juga sering digunakan oleh banyak orang dalam bahasa lisan. Tidak hanya bunyi /ng/, bahkan bunyi /m/, /n/, dan /ny/ juga sering terdengar di obrolan yang kurang serius bahkan rapat resmi. Parahnya, kita juga sering mendengar kata kerja yang ditambahkan akhiran [-i], kebanyakan menjadi [-in].
Marilah sadari bersama bahwa kita lebih nyaman dengan kata berbunyi /ng/ seperti ngetik, ngonsep, ngoleksi. Awalnya, kata dasar verba ini diawali huruf [K] seperti ketik, konsep, koleksi serta ditambah awalan [me-] yang seharusnya mengetik, mengonsep, mengoleksi. Demikian dengan bunyi /m/ yang muncul dan sering diucapkan seperti maku, milih, minjam, meras. Asal kata tersebut adalah paku, pilih, pinjam, peras dan jika ditambah dengan prefiks [me-] seharusnya menjadi memaku, memilih, meminjam dan memeras.
 Gejala ini bermula dari verba yang diawalai dengan huruf [P].  Kata dasar yang diawali huruf [T] tutup, tagih, tunjuk, tembak juga mengalami hal serupa. Orang lebih senang ngomong kata nutup, nagih, nunjuk, nembak dengan bunyi sengau /n/ ketimbang menutup, menagih, menunjuk dan menembak, jika kata dasarnya diberikan imbuhan [me-]. Jangan heran, kata nyapu, nyambung, nyiram, nyemprot juga lebih sering diucapkan oleh kita ketika ngobrol. Bunyi /ny/ timbul pada kata kerja yang diawali huruf [S] seperti sapu, sambung, siram, semprot ditambah awalan [me-] yang selayaknya menjadi menyapu, menyambung, menyiram, menyemprot.
Tidak jarang orang sering ngucapin kata kerja yang mengalami afiksasi dengan prefiks [me-] dan sufiks [-i] atau [-kan] menjadi kata kerja berbunyi /ng/,/ny/,/m/,/n/ dan akhiran [-in]. Kata musingin, ngembaliin, nidurin, nyambungin merupakan bentuk verba terafiksasi yang sering terdengar di lisan orang Indonesia sebagai pemakai Bahasa Indonesia. Itulah ciri bahasa lisan kita yang dipengaruhi bunyi sengau dan Bahasa Betawi plus Bahasa jawa.  Rumusnya yakni kata diawali huruf [K,T,S,P] menjadi bunyi /m,n,ny,ng/. Singkatnya, jika verba diawali huruf [P] maka akan timbul bunyi sengau /M/, jika verba diawali huruf [T] maka bunyi nasal /n/ akan muncul, jika kata kerja diawali huruf [K] timbullah bunyi /ng/, dan bunyi /ny/ diucapkan jika verba diawali huruf [S].

lingua-bahasa.blogspot.com/2012/04/nyablak.html

12 Maret 2012

Sabtu, 08 Maret 2014

Fonologi Bahasa Indonesia Kelumpuhan Syaraf Otak

  
FONOLOGI BAHASA INDONESIA
KELUMPUHAN SYARAF OTAK
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP UIR
SUSIANA
2A/136210394


KELUMPUHAN SYARAF OTAK
Lumpuh otak (bahasa Inggris: cerebral palsy, spastic paralysis, spastic hemiplegia, spastic diplegia, spastic quadriplegia, CP) adalah suatu kondisi terganggunya fungsi otak dan jaringan saraf yang mengendalikan gerakan, laju belajarpendengaranpenglihatan, kemampuan berpikir.
Penyebab lumpuh otak sampai saat ini belum dapat dipastikan,  banyak orang beranggapan bahwa CP disebabkan oleh karena:
1.         Bayi lahir prematur sehingga bagian otak belum berkembang dengan sempurna.
2.       Bayi lahir tidak langsung menangis sehingga otak kekurangan oksigen saat dalam kandungan (bahasa Inggris: hypoxia)
3.       Adanya cacat tulang belakang dan pendarahan di otak.

Jenis-jenis lumpuh otak
Secara umum lumpuh otak dikelompokkan dalam empat jenis yaitu:
1.         Spastik (tipe kaku-kaku) dialami saat penderita terlalu lemah atau terlalu kaku. Jenis ini adalah jenis yang paling sering muncul. Sekitar 65 persen penderita lumpuh otak masuk dalam tipe ini.
2.       Atetoid terjadi dimana penderita yang tidak bisa mengontrol gerak ototnya, biasanya mereka punya gerakan atau posisi tubuh yang tidak biasa.
3.       Kombinasi adalah campuran spastic dan athetoid.
4.       Hipotonis terjadi pada anak-anak dengan otot-otot yang sangat lemah sehingga seluruh tubuh selalu terkulai. Biasanya berkembang menjadi spastic atau athetoid.
Lumpuh otak juga bisa berkombinasi dengan gangguan epilepsi, mental, belajar, penglihatan, pendengaran, maupun bicara.

Ciri-ciri lumpuh otak
Gejala lumpuh otak sudah bisa diketahui saat bayi berusia 3-6 bulan, yakni saat bayi mengalami keterlambatan perkembangan.
Ciri umum dari anak lumpuh otak adalah:
1.         Perkembangan motorik yang terlambat.
2.       Refleks yang seharusnya menghilang tapi masih ada seperti:
3.         Refleks menggenggam hilang saat bayi berusia 3 bulan
4.         Bayi yang berjalan jinjit atau merangkak dengan satu kaki diseret.



Minggu, 02 Maret 2014

FONOLOGI BAHASA INDONESIA KEKERABATAN DAN KEKELUARGAAN BAHASA INDONESIA

FONOLOGI BAHASA INDONESIA
KEKERABATAN DAN KEKELUARGAAN BAHASA INDONESIA
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP UIR
SUSIANA
2A/136210394


KEKERABATAN DAN KEKELUARGAAN BAHASA INDONESIA

Hubungan kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan antara tiap entitas yang memiliki asal-usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis, sosial, maupun budaya. Dalam antropologi, sistem kekerabatan termasuk keturunan dan pernikahan, sementara dalam biologi istilah ini termasuk keturunan dan perkawinan. Hubungan kekerabatan manusia melalui pernikahan umum disebut sebagai "hubungan dekat" ketimbang "keturunan" (juga disebut "konsanguitas"), meskipun kedua hal itu bisa tumpang tindih dalam pernikahan di antara orang-orang yang satu moyang. Hubungan kekeluargaan sebagaimana genealogi budaya dapat ditarik kembali pada Tuhan hewan yang berada dalam daerah atau fenomena alam (seperti pada kisah penciptaan).

Hubungan kekerabatan adalah salah satu prinsip mendasar untuk mengelompokkan tiap orang ke dalam kelompok sosial, peran, kategori, dan silsilah. Hubungan keluarga dapat dihadirkan secara nyata (ibu, saudara, kakek) atau secara abstrak menurut tingkatan kekerabatan. Sebuah hubungan dapat memiliki syarat relatif (missal: ayah adalah seseorang yang memiliki anak), atau mewakili secara absolut (missal: perbedaan status antara seorang ibu dengan wanita tanpa anak). Tingkatan kekerabatan tidak identik dengan pewarisan maupun suksesi legal. Banyak kode etik yang menganggap bahwa ikatan kekerabatan menciptakan kewajiban di antara orang-orang terkait yang lebih kuat daripada di antara orang asing, seperti bakti anak.
Dalam masyarakat Indonesia dikenal beberapa sistem kekerabatan atau sistem susunan keluarga, yaitu : unilateral (patrilineal dan matrilineal); dan double unilateral.
Susunan keluarga dalam bentuk bilateral adalah yang paling banyak diterapkan oleh suku-suku bangsa di Indonesia dibandingkan yang lainnya. Berikut ini susunan keluarga tersebut:

1.        Unilateral, yaitu suatu susunan keluarga yang menarik garis keturunan dari satu garis keturunan saja. Ada dua macam susunan keluarga yang seperti ini, yaitu:

1.        Patrilineal
Susunan keluarga patrilineal, yaitu susunan keluarga yang menarik garis
keturunan hanya dari pihak ayah atau pihak laki- laki. Dalam sistem ini anak-anak yang dilahirkan masuk dalam keluarga pihak ayah. Laki-laki mendapat penghargaan dan kedudukan yang lebih tinggi dari wanita. Yang mendapat hak waris adalah anggota kerabat laki-laki dan terutama anak laki-laki. Istri menetap di pihak laki- laki. Masyarakat yang menganut susunan keluarga seperti ini adalah suku Batak, Nias, Ambon, Bali, Sumba, dan lain- lain.

2.        Matrilineal
Matrilineal, yaitu susunan keluarga yang hanya menarik garis keturunan dari pihak ibu (wanita). Anak-anak termasuk anggota kekerabatan ibu. Suami menetap dipihak kerabat istri. Kaum wanita memperoleh penghargaan dan kedudukan yang lebih tinggi daripada kaum laki-laki. Hak waris diturunkan kepada anggota kerabat wanita. Masyarakat yang menganut sistem matrilineal ini adalah suku bangsa Minangkabau (Sumatra Barat).

3.        Bilateral
Susunan keluarga bilateral atau disebut juga parental adalah susunan keluarga yang menarik garis keturunan dari kedua belah pihak, yaitu pihak ayah dan ibu. Anakanak yang lahir menjadi hak ayah dan ibu. Mereka dalam kerabat ayah maupun kerabat ibu. Dalam suasana keluarga bilateral ini, tidak ada perbedaan penghargaan dan kedudukan antara laki-laki dan wanita. Anak-anak mempunyai hak waris dari ibu dan ayahnya. Masyarakat yang menganut susunan keluarga seperti ini adalah masyarkat
Sunda, Jawa, Kalimantan, dan Sumatera Selatan.

1.        Double unilateral
Double Unilateral, yaitu susunan keluarga yang menarik garis keturunan dari
keduanya macam susunan kekerabatan sepihak (unilateral). Dengan kata lain, system patrilineal dan matrilineal kedua digunakan pihak ayah dan juga termasuk kekerabatan ibu. Dalam hal-hal tertentu pihak ayah yang berkuasa, namun dalam hal- hal lain pihak ibu yang memegang peranan. Suku Kooi di Sumba menganut sistem ini.






Top of Form
Bottom of Form