style="position:absolute; top: 0px; right: 0px;" />

mempercantik latar

Kamis, 27 Februari 2014

FONOLOGI BAHASA INDONESIA CONTOH KASUS KEGAGAPAN



FONOLOGI BAHASA INDONESIA
CONTOH KASUS KEGAGAPAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP UIR
SUSIANA
2A/136210394

CONTOH KASUS KEGAGAPAN
Gagap adalah suatu gangguan bicara di mana tanpa disadari adanya pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata, atau frasa; serta jeda yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Umumnya, gagap bukan disebabkan oleh proses fisik produksi suara atau proses penerjemahan pikiran menjadi kata. Gagap juga tak berhubungan dengan tingkat kecerdasan seseorang, orang yang gagap umumnya normal.
Gangguan ini bersifat variabel, yang berarti bahwa pada situasi tertentu, seperti berbicara melalui telpon, tingkat kegagapan dapat meningkat atau menurun. Faktor genetik dan neurofisiologi diduga berperan atas timbulnya gangguan ini. Banyak teknik terapi bicara yang dapat meningkatkan kefasihan bicara pada beberapa orang.
Dalam sumber lain dijelaskan bahwa gagap adalah gangguan kelancaran bicara yang terputus dalam satu rangkaiannya. Gangguan tersebut pada setiap anak berbeda bentuk kelainannya, dalam waktu tertentu berlainan jenis gangguan gagap yang timbul.
Gangguan emosi atau ketegangan dengan orang tua, orang sekitar atau lingkungan dapat memicu kelainan ritme atau gagap . Pada gangguan bicara ini secara tak terkontrol sering terjadi pengulangan, pemanjangan kata/suku kata, penghentian (silent block), kadang didapatkan ketegangan yang berlebihan pada muka, tenggorokan serta rasa takut selama bicara. Kadang timbul suara nafas yang tidak biasa atau seperti memerlukan perjuangan untuk mengeluarkan kata. Biasanya penderita menghindar kata atau situasi tertentu. Anak usia 2 – 5 tahun terdapat pengulangan kata atau suku kata lebih kurang 45 kali perseribu kata yang diucapkan, bata atasnya 100 kali per 1000 kata. Bila melewati batas ini dianggap abnormal atau gagap. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan sebagai penyebab yaitu teori stuttering Block, Cybernatic models atau Brain Function yang semuanya karena gangguan sensoris dan motoris di otak.
Pengaruh gagap bicara terhadap perkembangan bahasa, gagap pada umumnya akan hilang pada usia remaja, tapi perlu ditangani sebaik mungkin agar gejala ini tidak menetap sampai usia dewasa. Dengan anak berbicara gagap akan terjadi pengulangan-pengulangan kata, kesalahan tata bahasa menjadi kebiasaan. Orang lain yang diajak bicara tidak akan bisa memahami apa yang telah mereka (anak gagap) bicarakan, karena semakin dia berbicara banyak akan semakin tidak jelas pembicaraannya. Anak yang mengalami gagap bicara dapat menimbulkan konsep diri dan perasaan rendah diri lama sebelum masa kanak-kanak berakhir.
penyebabnya gagap: sering di omelin masih kecil, ditabokin masih kecil, stress, depresi, terauma tekanan batin.

Penderita Gagap
Gangguan gagap dalam berbicara, ada yang dalam bentuk terputus-putus, tertahan nafas atau berulang-ulang. Apabila tekanan gagap itu terlalu besar, maka kelihatan orang menekan kedua bibirnya dengan diiringi gerakan-gerakan tangan, kaki dan sebagainya.
Biasanya gagap itu mulai pada umur  diantara 2 dan 6 tahun. Gejala ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, anak kembar dan orang kidal, dan mungkin disebabkan oleh gangguan fisik seperti kurang sempurnanya alat percakapan, gangguan pada pernapasan, amandel dan sebagainya. Akan tetapi, apabila alat-alat itu sehat maka gejala itu timbul akibat pertentangan batin, tekanan perasaan, ketidakmampuan penyesuaian diri. Gejala itu adalah sebagai salah satu akibat dari gangguan jiwa.

Contoh :
Seorang anak perempuan berumur 7 tahun, menderita gangguan berbicara sejak ia mulai masuk sekolah. Makin  lama makin gagap ia berbicara, sedangkan sebelumnya ia berbicara lancar. Dari penelitian itu terbukti , bahwa si anak adalah anak bungsu yang sangat di manja dalam keluarga. Semua perbuatannya di biarkan, tidak pernah di tegur dan kemauannya selalu dituruti.  Waktu akan masuk sekolah ia sangat gembira, tapi setelah merasakan sekolah beberapa hari ia mulai tidak mau pergi ke sekolah. Karena tidak ada guru yang memanjakannya di sekolah. Sekolah tidak seperti di rumah, ada peraturan dan tata tertib yang harus dipatuhinya, sehingga terasa olehnya bahwa sekolah itu kekangan dan siksaan baginya. Itulah sebabnya maka ia tidak mau pergi ke sekolah.
Atan tetapi, orang tua dan saudara-saudaranya yang dulu selalu menuruti segala kemauannya, sekarang selalu memaksanya supaya pergi ke sekolah, bahkan kadang-kadang memukulnya. Tak lama kemudian mulailah muncul gejala tersebut, ia mulai gagap yang makin lama makin bertambah.
Rupanya si anak sekaligus dihadapkan pada suasana yang berlainan dari yang biasa dihadapinya di rumah, disamping perubahan sikap orang tua dari memanjakan kepada kekerasan. Si anak tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan suasana  itu, sehingga ia merasa sangat tertekan. Untuk itulah gejala gagap itu muncul, yang menolongnya dalam menghadapai kesukaran dan pula sebagai cara untuk manarik perhatian.

mat, 24 mei 2013 Bimbingan Konseling

Sumber : Rusda dan Deliana, Sri Maryati. 1994. Permasalahan Anak Taman Kanak-Kanak: UPT MKK UNNES.

FONOLOGI BAHASA INDONESIA CONTOH KASUS DISLEKSIA

FONOLOGI BAHASA INDONESIA
CONTOH KASUS DISLEKSIA
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP UIR
SUSIANA
2A/136210394

CONTOH KASUS DISLEKSIA
Disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan dan “leksia” yang berarti kata-kata. Dengan kata lain, disleksia berarti kesulitan dalam mengolah kata-kata. Terdapat dua macam disleksia, yaitu developmental dyslexia dan acquired dyslexia. Developmental Dyslexia merupakan bawaan sejak lahir dan karena faktor genetis atau keturunan. Penyandang disleksia akan membawa kelainan ini seumur hidupnya atau tidak dapat disembuhkan. Dan acquired dyslexia didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca. Disleksia biasanya terjadi pada anak-anak dengan daya penglihatan dan kecerdasan yang normal. Anak-anak dengan dyslexia biasanya dapat berbicara dengan normal, tetapi memiliki kesulitan dalam menginterpretasikan “spoken language” dan tulisan.
Disleksia cenderung diturunkan dan lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. Gangguan disleksia ini bisa dikenali ciri - cirinya agar bisa melakukan pencegahan dini. Di bawah ini mungkin hanya beberapa ciri - cirinya.
1. Mengalami suatu kelambatan bicara bila dibandingkan dengan teman seusianya dan tidak dapat mengucapkan kata - kata dengan secara benar.
2. Lambat dalam mengenali alfabet, angka, hari, bulan, warna, bentuk, dan informasi mendasar lainnya. Serta mengalami kesulitan dalam menyusun huruf- huruf pada kata.
3.  Sulit menyuarakan bunyi dan memadukannya.
4.  Sulit mengeja dengan benar
4.  Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah dihalaman berikutnya
6.  Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca
7.  Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata
8.  Rancu dengan kata - kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi
9.  Bingung mau memakai tangan yang mana untuk menulis
10. Menulis angka dan huruf dengan hasil yang sangat kurang baik


KASUS

Jika ditanya rute jalan dari rumahnya di Bintaro menuju studio Trans TV, Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sundjojo atau Deddy Corbuzier, 35 tahun, tak bisa menjelaskannya. Bahkan, ia tak ingat rute jalan dari rumahnya ke rumah mertuanya. "Apalagi nama Anda, 100 persen saya tidak tahu," ujarnya kepada Heru Triyono dan fotografer Yoseph Arkian dari Tempo, yang mengikutinya nyaris separuh hari, Selasa lalu. Nama bintang tamu di acara Hitam Putih pun selalu dituliskan di papan putih di bibir panggung agar ia bisa melihatnya. Kelupaan itu pernah terjadi saat bintang tamunya komposer ternama Addie M.S.

Itu terjadi karena Deddy mengidap disleksia, semacam gangguan otak, di mana pengidapnya kerap tak bisa menghafal, membaca, juga menulis. Dalam kasus Deddy, otak kirinya yang tak berfungsi baik. Namun demikian, Deddy mengaku memiliki intelligence quotient (IQ) 160. Jika benar, itu artinya kecerdasan Deddy setara dengan Albert Einstein.

Disleksia ini membuat Deddy sempat tak naik kelas saat SD. "Saya tidak naik kelas, tapi ayah tidak marah,” katanya. Padahal, saat itu ayahnya tidak tahu dia mengidap disleksia. Itulah yang membuat Deddy semakin kagum pada ayahnya. Ia baru menyadari dirinya mengidap disleksia saat SMA. Ia sering bingung karena sering lupa. Yang pasti ia tidak bisa ingat nama orang, apalagi nama jalan. Untungnya, ia selalu diantar sopir sejak kecil. Karena disleksia ini pula, Deddy memilih kuliah di Jurusan Psikologi Universitas Atmajaya Jakarta selulus dari SMA Santa Theresia. "Saya ingin menerapi diri sendiri,” tuturnya.

Kemungkinan, kata Deddy, karena disleksia ini ia menjadi pribadi yang blakblakan dalam berbicara sehingga dia terkesan tidak menyenangkan. Ia pun mengakui tidak memiliki teman dekat dari dulu, kecuali sang istri. Ia juga tidak pernah bergaul dengan teman-temannya. "Saya ini kuper (kurang pergaulan) dan seperti antisosial” katanya.


Sumber: Psikologi Anak Khusus  putriraturetno.blogspot.com/2010/04/contoh-kasus-disleksia






Rabu, 19 Februari 2014

Fonologi Bahasa Indonesia

FONOLOGI BAHASA INDONESIA
TUGAS KETIGA
SUMBER LINGUISTIK UMUM ABDUL CHAER
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP UIR
SUSIANA
2a/136210394


LINGUISTIK TEORETIS DAN LINGUISTIK TERAPAN

Linguistik teoretis berusaha mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau bahasa-bahasa, atau juga terhadap hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berada di luar bahasa hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajianya itu. Jadi, kegiatannya hanya untuk kepentingan teori belaka. Berbeda dengan linguistik teoretis, maka linguistik terapan berusaha mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa untuk kepentingan memecahkan masalah-masalah praktis yang terdapat di dalam masyarakat. Misalnya, penyelidikan linguistik untuk kepentingan pengajaran bahasa, Penyusunan buku ajar, penerjemahan buku, penyusunan kamus, pembinaan bahasa nasionasl, penelitian sejarah, pemahaman terhadap karya sastra, dan juga penyelesaian masalah politik.

Fonologi Bahasa Indonesia

FONOLOGI BAHASA INDONESIA
TUGAS KEDUA
SUMBER LINGUSTIK UMUM ABDUL CHAER
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SUSIANA
2A/136210394

1.      Pengertian parole, langue, dan langage
Kata lingustik (berpadanan dengan linguistich dalam bahasa Inggris, linguistique dalam bahasa perancis, dan lingulstiek bahasa Belanda) diturunkan dari kata bahasa Latin lingua yang berarti “bahasa” Di dalam bahasa-bahasa “Roman” yaitu bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa Latin, terdapat kata yang serupa atau mirip dengan kata Latin lingua itu. Antara lain, lingua dalam bahasa italia, langue dalam bahasa Spanyol, langue (dan langage) dalam bahasa Prancis. Bahasa Inggris  yang memungutnya dari langage Prancis menggunakan bentuk language. Tidak diketahui apakah kita bahasa Arab lughotun masi berkaitan dengan deretan kata-kata di atas.
Di sini perlu diperhatikan bahwa bahasa Prancis mempunyai dua istilah, yaitu langue dan langage dengan makna yang berbeda. Langue berarti suatu bahasa tertentu, seperti bahasa inggris, bahasa jawa, atau Prancis. Sedangkan langage berarti bahasa secara umum, seperti tampak dalam ungkapan “manusia punya bahasa sedangkan binatang tidak”. Di samping istilah langue dan langage bahasa prancis masi punya istilah lain mengenai bahasa yaitu parole. Yang dimaksud parole adalah bahasa dalam wujudnya yang nyata, yang konkret, yaitu yang berupa ujaran. Karena itu, bisa dikatakan ujaran parole itu adalah wujud bahasa yang konkret, yang diucapkan anggota masyarakat dalam kegiatan sehari-hari, langue mengacu pada suatu sistem bahasa tertentu. Jadi, sifatnya lebih abstrak. Sedangkan langage adalah sistem bahasa manusia secara umum; jadi, sifatnya paling abstrak.
Orang yang ahli dalam lingustik atau pakar linguitik disebut linguis (Inggris linguist). Namun, perlu diperhatikan dalam bahasa Inggris kata linguist mempunyai dua buah pengertian. Selain ahli linguitik juga berarti orang yang fasih dalam beberapa bahasa. Selain itu , perlu pula dicamkan, seseorang yang fasih dalam menggunakan beberapa bahasa belum tentu adalah pakar bahasa; dan seseorang pakar bahasa belum tentu fasih dalam beberapa bahasa, meskipun tentunya adalah wajar kalau seorang pakar bahasa menguasai dengan baik beberapa bahasa. Minimal sebuah bahasa lain di samping bahasa ibunya.


Fonologi Bahasa Indonesia

FONOLOGI BAHASA INDONESIA
TUGAS PERTAMA
SUMBER LINGUSTIK UMUM ABDUL CHAER
PROGRAM  STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP UIR
SUSIANA
2a/136210394

                                                LINGUISTIK UMUM

1.      Pengertian Linguistik Umum
Secara populer orang sering menyatakan bahwa lingustik adalah ilmu tentang bahasa, atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajianya, atau lebih tepat lagi, seperti dikatakan Martinet (1987:19) telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.
Bahasa sebagai objek kajian linguistik bisa kita bndingkan dengan peristiwa-peristiwa alam yang menjadi objek kajianya ilmu fisika, atau dengan berbagai penyakit dan cara pengobatanya yang menjadi objek kajian ilmu kedokteran, atau dengan gejala-gejala sosial dalam masyrakat yang menjadi kajian sosiologi.
Ilmu lingustik sering juga disebut lingustik umum (general linguistics). Artinya, ilmu lingustik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, seperti bahasa jawa atau bahasa arab, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia, yang dalam bahasa peristilahan prancis disebut langage.
Keumuman lingustik ini akan tampak dari contoh-contoh pembahsan yang diambil dari berbagai bahasa, bukan dari bahasa tertentu saja, misalnya, dalam pembahasan urutan D-M  (Diterangka –Menerangkan) contoh diambil contoh dari bahasa indonesia dan bahasa prancis. Dalam pembahasan morfem suprasegmental diambil contoh dari bahasa cina dan bahasa Muangthai. Dalam pembahasan pradigma infelsional digunakan contoh dari bahasa latin. Dalam pembahasan mengenai modifikasi internal diambil contoh dari bahasa arab.
Dalam dunia keilmuan ternyata yang “mengambil” bahasa sebagai objeknya bukan hanya linguistik, tetapi ada pula ilmu atau disiplin lain, misalnya, ilmu susastra, ilmu sosial, psikologis, dan fisika. Ilmu susastra mendekati bahasa atau memandang bahasa sebagai wadah seni, sebagai sarana atau alat untuk mengungkapkan karya seni. Bahasa dilihat dan digunakan sebagai sarana  menciptakan keindahan, yang halnya sama dengan garis dan warna dalam seni lukis, atau bentuk-bentuk dalam seni patung, atau bunyi dan nada dalam seni musik. Ilmu sosial atau sosiologi mendekati dan memandang bahasa sebagai alat interaksi sosial di dalam masyarakat. Psikolog mendekati dan memandang bahasa sebagai gejala pelahiran kejiwaan. Sedangkan fisika mendekati dan memandang bahasa sebagai fenomena alam, yakni sebagai gelombang bunyi yang merambat dari mulut pembicara ke telinga si pendegar. Dan linguistik mendekati dan memandang bahasa sebagai bahasa. Bukan sebagai sosok yang lain.
Sebagai alat komunikasih manusia bahasa dan sekaligus sistematis. Yang dimaksud dengan sistem adalah bahwa bahasa itu bukan suatu tunggal, melainkan terdiri pula dari beberapa subsistem, yaitu subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem semantik.
Dalam bahasa indonesia kata linguistik bukan hanya berarti ilmu tentang bahasa. Misalnya, dalam ungkapan keadaan linguistik di indonesia berarti “tataran bahasa.

2.      HAKIKAT BAHASA
Ada beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa. Sifat atau ciri itu, antara lain:
1.      Bahasa sebagai sistem
Kata sistem sudah biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan makna ‘cara’ atau ‘aturan’. Seperti dalam kalimat “kalau tahu sistemnya, tentu mudah mengerjakanyua”. Tetapi dalam kaitan dengan keilmuan, sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan. Kalau kita perhatikan dua deretan kata-kata berikut.
(9) Kucing itu melompat ke meja
(10) Kucing melompat itu meja ke
Sebagai penutur bahasa indonesia, akan tahu bahwa deretan 9 adalah sebuah kalimat bahasa indonesia karena tersusun dengan benar menurut pola aturan kaidah bahasa indonesia. Sebaliknya, deretan 10 bukan kalimat bahasa indonesia karena tidak tersusun menurut pola aturan atau sistem bahasa indonesia.
            Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistemis, artinya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem, atau sistem bawahan. Di sini dapat disebutkan, antara lain, subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik.
2.      Bahasa Sebagai Lambang
Eams Cassirer, seorang serjana dan filosof mengatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol (animal symbolicum), seorang sarjana dan filosof mengatakan bahwa manusia adalah mahluk bersimbol (animal symbolicum). Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari simbol. Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa
3.      Bahasa adalah bunyi
Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan dengan kata suara, sudah bisa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Secara teknis, menuruk Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bunyi ini bisa bersumber pada gesekan atau benturan benda-banda, alat suara pada binatang dan manusia. Bunyi yang bukan dihasilkan oleh alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa. Tetapi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.
Bunyi teriak, bersin, batuk-batuk, dan bunyi orokan bukan termasuk bunyi bahasa, meskipun dihasilkan oleh alat ucap manusia, karena semuanya itu tidak termasuk ke dalam sistem bunyi bahasa. Orokan terjadi tidak disadari dan tidak dapat menyampaikan pesan apa pun. Teriakan, bersin, dan batuk-batuk terjadi bisa disadari, dan kadang-kadang dipakai juga untuk menyampaikan pesan, sama halnya bahasa tetapi juga bukan bunyi bahasa karena tidak dapat dikombinasikan dengan bunyi-bunyi lain untuk menyampaikan pesan. Satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon” dan di dalam fonemik sebagai “fonem”.
4.      Bahasa itu bermakna
Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Semua satuan itu memiliki makna. Namun, karena ada beberapa tingkatan. Maka jenis maknanya pun tidak sama. Mekna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna lesikal, yang berkenaan dengan frase, klausa, dan kalimat disebut makna gramatikal: dan yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatik, atau makna konteteks.
Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa. Jadi, bentuk-bentuk setidaknya dalam bahasa indonesia. Bukan bahasa.
[urgloropiukm]
[mnopkild dkusmopl gkopirs]
[sriritut phulamis gojku]
            Jadi, sekali lagi bentuk-bentuk bunyi yang tidak bermakna dalam bahasa apa pun, bukanlah bahasa, sebab fungsi bahasa adalah menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran.
5.      Bahasa itu Arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan ‘ sewenang-wenang’, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Umpamanya, antara [kuda] dengan dengan yang dilambangkannya, yaitu “sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai”. Kita tidak dapat menjelaskan mengapa binatang tersebut dilambangkan dengan bunyi [kuda]. Mengapa, misalnya bukan [aduk] atau [akud] atau lambang lainya. Begitu juga, kita tidak dapat menjelaskan hubungan antara lambang bunyi [air] dengan benda yang dilambangkanya, yaitu “barang cair yang biasa dipakai untuk minum, mandy, atau masak”, yang rumus kimianya H2O. Mengapa bukan dilambangkan dengan bunyi [ria] atau [ari], misalnya, tidak bisa dijelaskan karena sifat arbitrer itu.
6.      Bahasa itu konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu iyu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya, kalau, misalnya, binatang berkaki empat yang biasa dikendari, yang secara arbitter dilambangkan dengan bunyi [kuda], maka anggota masyarakat bahasa indonesia, semuanya, harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya, dan menggantikannya dengan lambang lain. Maka komunikasi akan terhambat. Biasanya menjadi tidak bisa dipahami oleh penutur bahasa indonesia lainya, dan berarti pula dia telah keluar dari konvensi itu.
7.      Bahasa itu Produktif
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi . Arti produktif adalah banyak hasilnya, atau lebih tepat “terus-menerus menghasilkan”. Bahasa itu dikatakan produktif, karena unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu.
Keproduktifan bahasa indonesia dapat juga dilihat pada jumlah kalimat yang di buat. Dengan kosakata yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hanya berjumlah lebih kurang 60.000 buah, kita dapat membuat kalimat bahasa indonesia yang mungkin puluhan juta banyaknya, termasuk juga kalimat-kalimat yang belum pernah ada atau pernah dibuat orang.    
8.      Bahasa itu Unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yag tidak dimiliki oleh orang lain. Setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainya. Salah satu keunikan bahasa indonesia adalah bahwa tekanan kata tidak tidak morfemis, melainkan sintaksis. Maksudnya kalau pada kata tertentu di dalam kalimat kita berikan tekanan, maka makna kata itu tetap. Yang berubah adalah makna keseluruhan kalimatnya.
9.      Bahasa itu Universal
Selain bersifat unik, yakni mempunyai sifat atau ciri masing-masing, bahasa itu juga universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri-ciri yang universal ini tentunya ini tentunya merupakan unsur bahasa yang paling umu, yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain. Karena bahasa itu bersifat ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.
10.  Bahasa itu Dinamis
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai mahluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Perubahan dalam bahasa ini dapat tejadi berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahanyang dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan.

11.  Bahasa itu Bervariasi
Mengenai variasi bahasa itu ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu, idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu, misalnya, kita di indonesia mengenal adanya bahasa jawa dialek banyumas, bahasa jawa dialek banyumas, bahasa jawa dialek tegal, bahasa jawa dialek surabaya, dan sebagainya.
            Ragam atau ragam bahasa adalah variasi yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam nonstandar. Dari sarana yang digunakan ragam dapat dibedakan adanya ragam basaha ilmiah, ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan.
12.  Bahasa itu Mahasiswa
Bahasa itu adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bersifat arbitrer, bermakna, dan produktif, maka dapat dikatakan bahwa binatang tidak mempunyai bahasa. Bahwa binatng dapat berkomunikasih dengan sesama jenisnya, bahkan juga dengan manusia, adalah memang suatu kenyataan. Namun, alat komunikasinya tidaklah sama dengan alat komunikasinya tidaklah sama dengan alat komunikasih manusia, yaitu bahasa.
      Alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia. Alat komunikasi binatang bersifat terbatas, dalam arti hanya digunakan untuk keperluan hidup kebinatangan itu saja.