MEDIA
PENDIDIKAN DAN PROSES KOMUNIKASI
DALAM
PEMBELAJARAN
1.
Proses Belajar Mengajar sebagai
Proses Komunikasi.
Proses belajar mengajar dapat dikatakan proses komunikasi
dimana terjadi proses penyampaian pesan tertentu dari sumber belajar (guru, instruktur,
media pembelajaran dll) kepada penerima (peserta didik, murid) dengan tujuan
agar pesan (berupa topik-topik pelajaran tertentu) dapat diterima (menjadi
milik) oelh peserta didik/murid.
Guru hendaknya menyadari bahwa didalam kegiatan belajar dan
pembelajaran, seungguhnya ia sedang melaksanakan kegiatan komunikasi. Untuk itu
guru harus memilih dan menggunakan kata-kata yang berada dalam jangkauan/medan
pengalaman murid-muridnya, agar dapat dimengerti dengan baik oleh mereka
sehingga pesan pembelajaran yang disampaikan dapat diterima oelh murid dengan
baik.
Kegiatan encoding dan decoding dalam proses pembelajaran:
· Encoding merupakan kegiatan yang
berkaitan dengan pemilihan lambang-lambang yang akan digunakan dalam
kegiataqn komunikasi oleh komunikator (oleh guru dalam kegiatan pembelajaran).
· Decoding adalah kegiatan dalam
komunikasi yang dilaksanakan oleh penerima pesan (audience, murid) dimana
penerima berusaha menangkap makna pesan yang disampaikan melalui
lambang-lambang oleh komunikator.
Agar penyampaian pesan pembelajaran mencapai “sharing” yang
diinginkan maka dilakukan penyampaian dengan lebih konkret dan jelas, selain
dengan memilih lambang verbal yang berada dalam medan pengalaman murid.
Misalnya menggunkaan alat peraga dan media pembelajaran seperti chart, diagram,
grafik, gambar diam dll.
Media pembelajaran dapat digunakan dalam 2 macam cara dalam
proses belajar mengajar:
· Sebagai alat peraga untuk
menjelaskan materi pelajaran yang disampaikan keapda murid-murid.
· Pemanfaatan media pembelajaran
sebagai saluran komunikasi berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan
pembelajaran terutama oleh media belajar mandiri seperti modul, Computer Based
Instruction (CAI).
2.
Bentuk-bentuk komunikasi
a)
Komunikasi verbal
Yaitu salah satu bentuk komunikasi yanglazim digunakan untuk
menyampaikan pesan kepada pihak lain baik secara tertulis maupun pesan.
b)
Komunikasi noon verbal
Komunikasi yang menggunakan bahasa tubuh seperti menggunkan
gerakan tangan/tubuh sebagai isyarat suatu perbuatan yang mempunyai arti pesan
dalam konteks komnikasi. Mengekspresikan pesan dalam komunikasi dalam bentuk
gambar, menggunakan bahasa sikap yaitu bahasa yang digunakan untukmenyampaikan
pesan/ mengekspresikan pikiran, perasaan seperti bungkam, tak acuh.
Jenis komunikasi :
a)
Komunikasi interpersonal
Komunikasi
yang terjadi dalam diri individu uang berfungsi untuk mengembangkan kreativitas
imajinasi, memahmai dan mengendalikan diri serta meningkatkan kematangan
berpikir sebelum mengambil keputusan.
b)
Komunikasi interpersonal
Komunikasi
antara dua orang dan terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan.
c)
Komunikasi kelompok
Interaksi
tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah diketahui
seperti berbagai informasi, pemecahan masalah mana yang mana anggota-anggotanya
dapat mengingat karakteristik pribadi anggota lain secara tepat.
d)
Komunikasi massa
Merupakan
tipe komunikasi manusia (human communication) adalah komunikasi umum, pesan
yang disampaikan tidak ditujukan pada satu orang saja tapi juga bagi semua
orang/ khalayak.
Bentuk komunikasi berdasarkan :
a)
Komunikasi langsung
Komunikasi
langsung tanpa alat berbentuk kata, isyarat
b)
Komunikasi tidak langsung
Biasanya
menggunakan alat atau mekanisme untuk melipatgandakan jumlah penerima pesan
ataupun untuk menghadapi hambatan geografis, waktu,menggunakan radio, buku.
Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan:
a.
Komunikasi satu arah
Pesan
yang disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat memberikan
umpan balik
b.
Komunikasi timbal balik
Pesan
disampaikan pada sasaran dan sasaran memberikan umpan balik.
3.
Tujuan dan Prinsip Komunikasi
Tujuan
komunikasi:
a.
Menemukan
Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penenmuan
diri (personal discovery). Dengan berkomunikasi kita dapat memahami
secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara.
Tetapi komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang
dipenuhi objek, peristiwa dan manusia lain.
b.
Untuk berhubungan
Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi untuk
membina dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain.
c.
Untuk meyakinkan
Media massa ada sebaigan besar untuk meyakinkan kita agar
mengubah sikap dan perilaku kita. Sedikit saja dari komunikasi pribadi kita
yang tidak berupa untuk mengubah sikap atau perilaku.
d.
Untuk bermain
Kita menggunkan banyak perilaku komunikasi kota untuk
bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, film
sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku yang dirancang
untuk menghibur orang lain.
Prinsip
komunikasi:
1)
Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu
proses simbolik
Komunikasi
adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu
titik, tetapi terus berkelanjutan.
2)
Prinsip 2 : Setiap perilaku
mempunyai potensi komunikasi
Setiap
orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut
sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah
(komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu
stimulus.
3)
Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi
isi dan hubungan
Setiap
pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita
bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan
proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen
dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.
4)
Prinsip 4 : Komunikasi itu
berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Setiap
tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari
tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak
direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan
secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja
(pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai)
5)
Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam
konteks ruang dan waktu
Pesan
komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun
non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung,
kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
6)
Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan
prediksi peserta komunikasi
Tidak
dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang
berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa
pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka
orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat
seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
7)
Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat
sistemik
Dalam
diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang
budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang
berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal
seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi
mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
8)
Prinsip 8 : Semakin mirip latar
belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi
Jika
dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang
sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk
saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap
simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
9)
Prinsip 9 : Komunikasi bersifat
nonsekuensial
Proses
komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan
respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima
dan dimengerti.
10)
Prinsip 10 : Komunikasi bersifat
prosesual, dinamis dan transaksional
Konsekuensi
dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu
dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi
diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
11)
Prinsip 11 : komunikasi bersifat
irreversible
Setiap
orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa
terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak
dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka
efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
12)
Prinsip 12 : Komunikasi bukan
panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
Dalam
arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah.
4.
Faktor pendukung dan penghambat
komunikasi.
Faktor
penghambat komunikasi:
1)
Hambatan dari proses komunikasi:
· Hambatan dalam pengiriman pesan
· Hambatan dalam penyandian
pesan/simbol
· Hambatan media
· Hambatan dalam bahasa sandi
· Hambatan dari penerima pesan
· Hambatan dalam memberikan balikan
2)
Hambatan fisik: cuaca, gangguan alat
komunikasi
3)
Hambatan semantik: kata-kata yang
digunakan dalam benruk komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang
berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima.
4)
Hambatan psikologis: perbedaan
nilai-nilai serta harapan antara pengirim dan penerima pesan.
5.
Teori Komunikasi
1)
Teori Model Lasswell
Salah
satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold
Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang
sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa
(Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom)
dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
2)
Teori Komunikasi dua tahap dan
pengaruh antar pribadi
Teori
ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa
dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi
bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil
penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi
stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam
penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.
3)
Teori Informasi atau Matematis
Salah
satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi
selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan
bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver.
1949 b), Mathematical Theory of Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi.
4)
Teori Pengharapan Nilai (The
Expectacy-Value Theory)
Phillip
Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori
uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai
expectance-value theory (teori pengharapan nilai). Dalam kerangka pemikiran
teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda
terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan
kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda
percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan
hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan
hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa
sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak
menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.
5)
Teori Ketergantungan (Dependency
Theory)
Teori
ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan
Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga
menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan
ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model
mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar,
media. dan sistem sosial yang lebih besar.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.
6)
Teori Agenda Setting
Agenda-setting
diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa
jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan
mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap
penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media
diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini
berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
7)
Teori Dependensi Efek Komunikasi
Massa
Teori
ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang
memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur
kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat
masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang
memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada
tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara
ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
· Kognitif, menciptakan atau
menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem
keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.
· Afektif, menciptakan ketakutan atau
kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
· Behavioral, mengaktifkan atau
menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya,
menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan
perilaku dermawan.
8)
Teori Uses and Gratifications
(Kegunaan dan Kepuasan)
Teori
ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori
ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan
media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam
proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling
baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai
pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.
9)
Teori The Spiral of Silence
Teori
the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth
Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya
pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum
ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa,
komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam
hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.
10)
Teori Konstruksi sosial media massa
Gagasan
awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas
realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The
social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge.
Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan).
Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara
simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan
internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya
di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial
tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.
11)
Teori Difusi Inovasi
Teori
difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para
koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai
penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan,
difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di
atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal
melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin
terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana
bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun
seringkali memakan waktu lama.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).
6.
Menciptakan Komunikasi Pembelajaran
Yang Efektif
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran
informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut
sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut.
Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi
yang efektif, yaitu :
a.
Kejelasan
Hal
ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas
informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
b.
Ketepatan
Ketepatan
atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran
informasi yang disampaikan.
c.
Konteks
Konteks
atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi
yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi
itu terjadi.
d.
Alur
Bahasa
dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika
yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap
e.
Budaya
Aspek
ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan
tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan
budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal
maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi. (Endang Lestari G
: 2003)
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987)
berkomunkasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki
pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the
communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif,
harus dipenuhi beberapa syarat :
a. menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
b. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
c. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau
minat bagi pihak komunikan
d. pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat
menguntungkan
e. pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak
komunikan.
Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan
efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima
dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif oleh mahasiswa.
Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan
komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang dosen. Komunikasi
antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua
orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara
keduabelah pihak terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi
akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai
keterampilan komunikasi antar pribadi.
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi
merupakan suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar
dengan peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar
ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang
memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas
yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar
dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam
melakukan komunikasi ini.
Sumber:
Arsyad,
Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo.
Sadiman,
S Arief. 1996. Media Pendidikan. Jakarta: Grafindo.
Sutirman.
2009. “komunikasi efektif dalam pembelajaran”.
http//www.sutirman.wordpress.com. diakses tanggal 9 maret 2011.
Wiji Putuati. 2010. “menciptakan komunikasi
efektif dalam pembelajaran”. http//www.wiji.sari.putuati10@mhs.matematikauts.ac.id. Diakses tanggal 9 maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar